Optimalisasi Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sungai di Kelurahan Sungai Miai Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin
Abstract
Kota Banjarmasin yang dikenal juga dengan Kota Seribu Sungai, merupakan daerah dengan kondisi geografis dominasi kawasan sungai atau perairan. Kondisi ini merupakan sebuah peluang, sekaligus tantangan bagi masyarakat dan pemerintah dalam hal pengelolaan sungai. Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan terhadap keberadaan Sungai Miai di lingkungan RT 11 dan 12 dapat disimpulkan dalam kondisi yang tidak layak atau tidak dapat berfungsi dengan baik karena telah terjadi penyempitan, sedimentasi, dan terjadi pencemaran air yang disebabkan berdirinya bangunan liar di atas sungai, limbah rumah tangga dan jamban keluarga. Pengabdian yang dilakukan mengacu pada kegiatan penguatan partisipasi masyarakat dan pengetahuan mengenai peraturan daerah (Perda) tersebut, sehingga menggunakan pendekatan dialogis, partisipatif, dengan wujud kegiatan sosialisasi kepada masyarakat. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini adalah menggunakan pendekatan dialogis dengan bentuk sosialisasi kepada masyarakat. Pengabdian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus 2021, dengan jumlah partisipan 50 orang yang merupakan masyarakat di wilayah Sungai Miai, Banjarmasin. Hasil yang diperoleh adalah dipahaminya Perda No.15 tahun 2016 tentang Pengelolaan Sungai dan masyarakat memiliki pengetahuan mengenai partisipasi di kawasan sungai. Hasil lain yang disajikan adalah karakter kerja sama dan musyawarah yang dilakukan oleh masyarakat dalam pengelolaan sungai di Sungai Miai Banjarmasin.
Banjarmasin, also known as the City of a Thousand Rivers, is an area with geographical conditions dominated by rivers or waters. This condition is an opportunity and a challenge for the community and the government in terms of river management. Based on the results of a field survey conducted on the presence of the Miai River in RT 11 and 12, it can be concluded that it is in an improper condition or cannot function properly because there has been narrowing, sedimentation, and water pollution caused by the establishment of illegal buildings on the river, sewage household and family latrines. The service carried out refers to activities to strengthen community participation and knowledge of the regional regulation. It uses a dialogical, participatory approach in outreach activities to the community. The method used in this community service is to use a dialogical approach to socialization with the community. This service was carried out on August 7, 2021, with 50 participants who were residents of the Miai River area, Banjarmasin. The results obtained are the understanding of local regulation No. 15 of 2016 concerning River Management and the community knows participation in river areas. Another result presented is the community's character of cooperation and deliberation in river management in Sungai Miai Banjarmasin.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Benham, C. F. (2017). Aligning public participation with local environmental knowledge in complex marine social-ecological systems. Marine Policy, 82, 16–24. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.marpol.2017.04.003
Creswell, J. W. (2016). Research design pendekatan metode kualitatif kuantitatif dan campuran ed.4 (4th ed.). Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Effendi, H. (2002). Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Kanisius: Yogyakarta.
Firmansyah, M. S. dkk. (2014). Analisa butiran sedimen pantai goa china malang selatan. Fakultas Perikanan dan ilmu kelautan. Universitas Brawijaya: Malang.
Haghnazari, F., Shahgholi, H., & Feizi, M. (2015). Factor affecting the infiltration of agricultural soil: review. International Journal of Agronomy and Agricultural Research, 6(5), 21–35.
Hardjowigeno, S. (2013). Ilmu tanah ultisol. Edisi Baru. Akademika Pressindo: Jakarta.
Johnson, C. (2014). Local civic participation and democratic legitimacy: evidence from england and wales. Political Studies, 63(4), 765–792.
Kodoatie, Robert J., dan S. (2012). Banjir beberapa penyebab dan metode pengandaliannya dalam perspektif lingkungan edisi revisi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Kumalasari, F., & Satoto, Y. (2011). Teknik praktis mengolah air kotor menjadi air bersih hingga layak minum. Laskar Aksara, Bekasi.
Noordwijk, M.V., F. Agus, D. Suprayogo, K. Hairiah, G. Pasya, B. Verbist, dan F. (2014). Peranan agroforestri dalam mempertahankan fungsi hidrologi DAS. Dampak hidrologis hutan, agroforestry dan pertanian lahan kering sebagai dasar pemberian imbalan kepada penghasil jasa lingkungan di indonesia. Prosiding Lokakarnya di Padang/Singkarak Sumate. Sumatera Barat.
Pitojo, S., & Purwantoyo, E. (2002). Deteksi pencemaran air minum. Aneka Ilmu: Ungaran.
Ramdan, H. (2011). Prinsip dasar pengelolaan daerah aliran sungai edisi revisi (Revisi). Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti, Jatinangor.
Smith, M. J., & Pangsapa, P. (2008). Environment & citizenship: integrating justice, responsibility, and civic engagement. Zed Books Ltd.
Sofia, Y., Tontowi., & Rahayu, S. (2010). Penelitian pengolahan air sungai yang tercemar oleh bahan organik. Jurnal Sumberdaya Air, 6(2), 145–160.
Widowati, W., Sastiono, A., & Jusuf, R. (2008). Efek toksik logam pencegahan dan penanggulangan pencemaran. ANDI: Yogyakarta.
DOI: https://doi.org/10.20527/btjpm.v4i1.3905
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Indexed by: Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat is licensed under From March 27, 2020 to June 3, 2020 From Juni 4, 2020 to the present (updated stats) |