GAMBARAN TINGGI WAJAH ANTERIOR BAWAH PADA MAHASISWA SUKU BANJAR FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Reni Amirah Salsabila Fitri, Fajar Kusuma Dwi Kurniawan, Rahmad Arifin, Sherli Diana

Abstract


Background: LAFH (Lower Anterior Facial Height) is the vertical distance between the ANS and Menton. Measurement of LAFH is one of the vertical evaluations of the person's aesthetics and orthodontic treatment. One of the factors that differentiates the dentocraniofacial growth development of an individual is in the type of race, race then divided into ethnic. Purpose: Describe the LAFH in the Banjar ethnic students and describe the LAFH  based on Gender and Age. Methods: The study is using a descriptive method with a cross-sectional approach to describe the LAFH in students of the Banjar ethnic, Faculty of Dentistry, University of Lambung Mangkurat. Using total sampling with a total of 33 samples. Data obtained after 3 measurements then processed with a data processing application. Results: The average value of the LAFH in all samples is 68.49 mm. LAFH value of the female sample is 67.21 mm. Male sample value is 71.42 mm. The LAFH based on age shows, the 19-year-old group has an average value of LAFH 67.78 mm. 20 years old group has an average LAFH of 68.29 mm. 21 year old group has an average LAFH of 68.35 mm. The 22 year old sample has an average LAFH of 69.66 mm. Conclusion:  Based on race, the mean of the LAFH students of the Banjar ethnic Students is 68.49 mm. Based on gender, LAFH on male was higher than female. Based on age, the 22-year-old group had the largest LAFH , while the smallest LAFH was in the 19-year-old group.

Keyword : Age, Gender, Growth Hormone, Growth Spurts, Lower Anterior Facial Height,

 

ABSTRAK

Latar Belakang: Ketinggian wajah anterior bawah atau  LAFH (Lower Anterior Facial Height) adalah jarak vertikal antara titik ANS dan menton. Pengukuran tinggi wajah anterior bawah merupakan salah satu evaluasi vertikal yang memiliki hubungan erat dengan estetika dan perawatan ortodontik. Tinggi wajah pada orang dewasa menjadi hal yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan keharmonisan wajah. Salah satu faktor yang membedakan pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial adalah pada jenis rasnya, ras kemudian terbagi menjadi Suku. Tujuan: Mengetahui gambaran tinggi wajah bawah anterior pada mahasiswa Suku Banjar, mengetahui tinggi wajah anterior bawah berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia. Metode: Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan cross-sectional untuk mengetahui gambaran tinggi wajah anterior bawah pada mahasiswa Suku Banjar FKG Universitas Lambung Mangkurat. Menggunakan total sampling dengan jumlah 33 sampel. Data yang didapat setelah 3 kali pengukuran diolah dengan aplikasi pengolah data.  Hasil: Nilai rata-rata tinggi wajah anterior bawah adalah 68,49 mm. Nilai pada sampel Perempuan sebesar 67,21 mm. Nilai pada sampel laki-laki 71,42 mm. Gambaran tinggi wajah anterior bawah berdasarkan usia menunjukan, nilai rata-rata kelompok usia 19 tahun sebesar 67,78 mm.nilai rata-rata kelompok usia 20 tahun 68,29 mm. Nilai rata-rata kelompok usia 21 tahun 68,35 mm. Nilai rata-rata kelompok usia 22 tahun 69,66 mm. Kesimpulan: Berdasarkan ras, nilai tinggi wajah bawah anterior pada mahasiswa Suku Banjar FKG ULM rata-rata sebesar 68,49 mm. Berdasarkan jenis kelamin, nilai pada sampel laki-laki lebih tinggi daripada  perempuan.  Berdasarkan usia, nilai tinggi wajah bawah anterior terbesar adalah kelompok usia 22 tahun sedangkan nilai terkecil ada pada kelompok usia 19 tahun.

Kata kunci : Hormon, Jenis kelamin, Pacu tumbuh, Tinggi wajah anterior bawah, Usia


Full Text:

PDF

References


Cohen JL, Rivkin A, Dayan S, Shamban A, Werschler WP, Teller CF, et al. Multimodal Facial Aesthetic Treatment on the Appearance of Aging, Social Confidence, and Psychological Well-being: HARMONY Study. Aesthetic Surg J. 2022;42(2):NP115–24.

Salma H, Joshi V, Arora S, Ali N. Case Report: Facial Aesthetics- Review. Int J Curr Res. 2015;7(4):17577–82.

Syahrul D, Himawan RA, Ortodonti B, Kedokteran F, Universitas G, Denpasar M. Pada Suku Bali Di Fkg Universitas Mahasaraswati Denpasar. 2019;

Lubis MM, Fulvian J. Perbedaan tinggi vertikal wajah pada maloklusi Kelas I dan II skeletal The vertical facial height difference between skeletal class I and II malocclusions. Padjadjaran J Dent Res Students. 2021;5(1):51. Padjadjaran J Dent Res Students. 2021;5(1):51.

Lindawati, Hayati K, Komalawati. Gambaran Tinggi Wajah Anterior Bawah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala Suku Aceh. J Caninus Denstistry. 2016;1(4):70–5.

Royani E. Buku Ajar Hukum Adat. Yogyakarta: Zahir Publishing; 2022. 168 p.

Hanifah W, Laviana A, Zenab NRY. Nilai facial index berdasarkan klasifikasi maloklusi angle pada sub ras deuteromelayu Facial index value based on angle’s classification of malocclusion on deuteromalay subrace. Padjadjaran J Dent Res Students. 2022;6(2):104.

Syabira TA, Sahelangi OP. Gambaran Nilai Pengukuran Parameter Sefalometrik Pasien Ras Deutro Melayu Usia 6-12 Tahun Menggunakan Analisis Steiner. J Kedokt Gigi Terpadu. 2019;1(1):48–52.

Nurmadhini DA, Yohana W, Mariam MS. Variasi normal lidah manusia pada subras Deutromelayu Normal variation of human tongue on the Deutromelayu subrace. J Kedokt Gigi Univ Padjadjaran. 2019;31(1).

Perintis J, No K, Barat S, Alfa V, Wafisal A, Lipoeto NI. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas Perbandingan Pola Bentuk Sidik Bibir Antara Suku Asli Mentawai dan Suku Campuran Mentawai. (77):52–8.

Taner L, Gürsoy GM, Uzuner FD. Does gender have an effect on craniofacial measurements? Turkish J Orthod. 2019;32(2):59–64.

Edrizal, Busman, Azmir M. Evaluation of Relapse after Active Orthodontic Treatment : Scoping Review. Menara Ilmu. 2021;XV(01):43–54.

Chauhan D, Datana S, Agarwal SS, Bhandari SK. Growth Hormone and Its Implications in Orthodontics. 2019;6(8):257–60. Available from: www.ejpmr.com

Nangka B. Penyelesian SengketaBERDASARKAN Hukum Waris Adat Berdasarkan Sistem Kekerabatan. 2019;VII(3):5–10..

Al-Taai N, Persson M, Ransjö M, Levring Jäghagen E, Fors R, Westerlund A. Craniofacial changes from 13 to 62 years of age. Eur J Orthod. 2022;44(5):556–65. L




DOI: https://doi.org/10.20527/dentin.v8i3.14232

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Contact Us:
Faculty of Dentistry
Lambung Mangkurat University
Jalan Veteran No. 128 B Banjarmasin, Indonesia
E-mail. [email protected]

Website. fkg.ulm.ac.id