STUDI KERUSAKAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KAWASAN WISATA BAHARI PULAU LIUKANG LOE KABUPATEN BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Nirwan Nirwan, Muhammad Syahdan, Dafiuddin Salim

Sari


Kerusakan  terumbu  karang  diakibatkan  dua  faktor  yakni  aktivitas  manusia dan  proses  alami.  Aktivitas  manusia  yang  mengancam  ekosistem  terumbu karang yakni penggunaan bahan peledak, jala tarik, racun dan wisata bahari. Sementara  proses  alami  seperti  bleaching,  penyakit,  pemanansan  global, pemangsaan  dan  eutrofikasi.  Salah  satu  metode  yang  efektif  untuk menentukan  tingkat  kerusakan  terumbu  karang  yaitu  Underwater  Photo Transek (UPT) kemudian dianalis menggunakan aplikasi Coral Point Count with Excel extensions (CPCe). Penelitian ini dilaksanakan di perairan daerah wisata bahari Pulau  Liukang Loe  Kabupaten Bulukumba Provinsi  Sulawesi Selatan  dengan  tujuan  untuk  mengetahui  tingkat  dan  penyebab  kerusakan terumbu karang. Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi kerusakan tingkat “Sedang”  dengan  tutupan  rata-rata  karang  mati  pada  kedalaman  3  meter 41,47% dan kedalaman 10 meter 38,66%. Kerusakan ini disebabkan berbagai macam  aktivitas  manusia  seperti  kegiatan  wisata  snorkeling  dan  diving, pengeboman  ikan,  pelemparan  jangkar  kapal,  dan  pembiusan.  Adapun kerusakan akibat proses alami yakni penyakit dan pemanasan global.

Teks Lengkap:

PDF (English)

Referensi


Giyanto, Anna EW Manuputty, Muhammad Abrar, Rikoh M Siringoringo, 2014. Panduan

Monitoring Kesehatan Terumbu Karang CRITC COREMAP CTI LIPI. PT. Sarana

Komunikasi Utama. Jakarta.

[KEPMEN LH] Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 2001. Kriteria Baku

Kerusakan Terumbu Karang. Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan

Lingkungan Hidup.

Kohler, K.E;M. Gill. 2006. Coral Point Count with Excel extensions (CPCe): avisual basic

program for the determination of coral and substrate coverage using random point

count methodology. Comput Geosci 32(9):1259-1269.

[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2016. Kondisi Ekosistem Terumbu Karang

Indonesia. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI

[NOOA] National Atmospheric Administration, 2016. Coral Reef Watch

http://coralreefwatch.noaa.gov/satellite/baa.php. Diakses 10 Maret 2016

Rajab M., Fahruddin A., Setyobudiandi I., 2013. Daya Dukung Perairan Pulau Liukang Loe

untuk Aktivitas Ekowisata Bahari. Jurnal Depik, 2(3): 114-125

Sudirman. 2009. Kondisi Terumbu Karang Kabupaten Bulukumba. Universitas Hasanuddin.

Makassar.

Suharsono. 2010. Buku Petunjuk Bagi Pengajar Pelatihan Metodologi Penilaian Terumbu

Karang. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Sukmara A., Siahainenia A.J., Rotinsulu C., 2001 Panduan Pemantauan Terumbu Karang

Berbasis Masyarakat dengan Metoda Manta Tow. Coastal Resources Center, Jakarta.

Yusnita, 2014. Kajian Potensi Dampak Wisata Bahari Terhadap Terumbu Karang di

Kelurahan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Tesis Sekolah Pasca Sarjana Institut

Pertanian Bogor.

Yusuf, S dan Sakaria, S., 2015. Kerusakan terumbu karang di sekitar daerah tumpahan

minyak Mangkasa Point Kabupaten Luwu Timur. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Yusuf, S., B. Selamat., K. Amri., R.A, Rappe., Supriadi., I. Burhanuddin., F. Anggraeni.,

a. Kondisi Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait di Liukang Tuppabiring

Kabupaten Pangkep. Universitas Hasanuddin dan Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia. Coremap CTI. 49 halaman.




DOI: https://doi.org/10.20527/m.v1i1.3304

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.