Makna Kostum Raja Kambang Sakaki Karya Abdullah SP dalam Mamanda Kalimantan Selatan

Nida Arifah, Sulisno Sulisno, Wisnu Subroto

Abstract


Intisari

Pembelajaran yang kurang mendalam tentang Mamanda khususnya pembelajaran tentang kostum hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti makna kostum raja Kambang Sakaki karya Abdullah SP dalam Mamanda, yaitu mendeskripsikan bagian-bagian kostum dan makna kostum raja Kambang Sakaki. Jenis penelitian menggunakan metode kualitatif  dengan pendekatan kajian semiotika, melalui tahapan pengumpulan data, analisis data dan pengecekkan keabsahan data. Hasil penelitian diperoleh simpulan, yaitu: bagian kostum raja terdiri dari laung tutup, baju raja, baju miskat, kuas, sabuk, tapih, selawar pidandang dan salop. Kostum raja Kambang Sakaki yang digunakan sebagai “tanda” identitas diri seorang raja dalam pementasan seperti laung tutup dan kuas melambangkan seorang raja, penanda perbedaan status sosial dan menandakan adanya pengaruh dari budaya Melayu. Kostum raja Kambang Sakaki juga terdapat berbagai macam ornamen, yaitu merupakan “tanda” bagi masyarakat Banjar menyimbolkan harapan dan doa bagi yang memakai baju tersebut. Seperti simpul lam jalalah dimaknai sebagai doa tolak bala dan ikatan simpul yang erat melambangkan persaudaraan yang erat. Motif yang terdapat pada kostum raja yaitu ombak sinampur, pucuk rabung, kambang kacang, kambang malati, daun katu, bintang, bayam raja, gigi haruan, pucuk rabung, kulat karikit dan berlian. Warna kostum yaitu merah putih, hijau, kuning dan hitam. Simbol motif dan warna memiliki harapan dan doa seorang raja agar raja dan rakyat atau masyarakat memiliki pegangan dan kekuatan dalam menjalani kehidupan. Implementasi dalam pendidikan seni dan kehidupan sosial yaitu meningkatkan kemampuan dalam memaknai karya seni dan acuan dalam bertindak dan menemukan resolusi konflik dalam kehidupan bermasyarakat.

Kata kunci: makna kostum, raja kambang sakaki, mamanda, Abdullah SP

 

Abstract

Less in-depth learning about Mamanda, especially learning about costumes, this makes researchers interested in examining the meaning of the costume of the king of Kambang Sakaki by Abdullah SP in Mamanda, namely describing the parts of the costume and the meaning of the costume of the king of Kambang Sakaki. This type of research uses a qualitative method with a semiotic study approach, through the stages of data collection, data analysis and checking the validity of the data. The results obtained conclusions, namely: the king's costume consists of laung lid, king clothes, miskat clothes, brushes, belts, tapih, selawar pidandang and salop. The costume of the king of Kambang Sakaki which is used as a "sign" of a king's identity in performances such as laung lid and brush symbolizes a king, a marker of differences in social status and indicates the influence of Malay culture. The costume of the king of Kambang Sakaki also has various kinds of ornaments, which are a "sign" for the people of Banjar symbolizing hope and prayer for those who wear these clothes. Like the lam jalalah knot, it is interpreted as a prayer to reject reinforcements and the tight knot symbolizes a close brotherhood. The motifs contained in the king's costume are sinampur waves, shoots of bamboo shoots, kambang beans, kambang malati, katu leaves, stars, king spinach, haruan teeth, shoots of ruffles, karikit toads and diamonds. Costume colors are red, white, green, yellow and black. Symbols of motifs and colors have the hope and prayer of a king so that the king and the people or society have grip and strength in living life. Implementation in art education and social life is to increase the ability to interpret works of art and references in acting and finding conflict resolution in social life.

Keywords: meaning of costume, king kambang sakaki, mamanda, Abdullah SP


References


Huda, Sirajul. 2012. Mamanda Teater Tradisi Banjar. Banjarbaru: Scripta Cendekia.

Jarkasi. 2002. Mamanda Seni Pertunjukan Banjar Dari Realitas Tradisional ke Kesenian Populer. Banjarmasin: PT Grafika Wangi Banjarmasin

Kusnadi. 2009. Penunjang Pembelajaran Seni Tari untuk SMP dan MTs. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Pateda, Mansoer. 2001. Sematik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta

Poerwadarminta, W. J. S. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Sachri, Agus. 2008. Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Bandung: Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung.

Sahid, Nur. 2016. Semiotika untuk Teater, Tari, Wapyang, dan Film. Yogyakarta: Gigih Pustka Mandiri

Seman, Syamsiar. 2001. Perkawinan Adat Banjar Kalimantan Selatan. Banjarmasin: Bina Budaya Banjar

Seman, Syamsiar. 2007. Sasirangan Kain Khas Banjar. Banjarmasin: Bina Budaya Banjar

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Anggota Ikatan Penerbit Indonesia.




DOI: http://dx.doi.org/10.20527/jps.v4i2.12737

Article Metrics

Abstract view : 549 times
PDF (Bahasa Indonesia) - 445 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Indexed by

            


View Our Stats

Flag Counter     

 Creative Commons License

All publications by Pelataran Seni are licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License