ANALISIS FAKTOR EKSPLOITASI BEBERAPA JENIS DIPTEROCARP DI IUPHHK-HA PT. BINA MULTI ALAM LESTARI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Abstract
One of the most influential indicators in harvesting forest products is the exploitation of the resulting value. Based on the Decree of the Ministry of Environment and Forestry, the value set for the exploitation factor is 0.70. The method used to measure the exploitation factor is using the “Smalian” formula from Moeljono. SB Aspects of utilization factors and volume of branch-free logs are used as primary data and secondary data as additional value for exploitation factor data obtained from the company. The secondary data of this research is based on general conditions that occur in the field, topography, area and location of the study as well as the location of the cutting plots. At PT Bina Multi Alam Lestari, the exploitation factor value is obtained with an average volume of 10.24 m free branching logs and an average of 11.77 m branch free logs which may be exploited up to 10 logs yards (logpond) are not deducted and depreciated. The value obtained is 0.87 which has entered the exploitation factor standard set by the government. While the yield and total value of the exploitation factor on average from flat slopes (0-8%) with exploitation factor values of 0.89 m, on steep slopes (8-15%) the average value is 0.89 m, and on steep slopes (8-15%) the average value is 0.89 m, and on steep slopes a bit steep. slopes (15-25%) the average value is 0.85 m and on steep slopes (25-45%) the average value of the exploitation factor is 0.85 m. While the average value of the exploitation factor based on the type of vegetation is obtained with the exploitation factor value of 0.87 m³.
Salah satu indikator yang sangat berpengaruh dalam pemanenan hasil hutan adalah faktor eksploitasi nilai yang dihasilkan. Berdasarkan SK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan nilai ketetapan yang ditetapkan untuk faktor eksploitasi sebanyak 0,70. Metode yang dipakai untuk mengukur faktor eksploitasi yaitu menggunakan rumus “Smalian” dari Moeljono. S.B. Aspek faktor pemanfaatan dan volume kayu bulat bebas cabang menjadi data primer yang digunakan dan data sekunder sebagai nilai tambahan data faktor eksploitasi yang diperoleh dari perusahaan. Data sekunder penelitian ini didasarkan pada kondisi umum yang terjadi di lapangan, topografi, luas dan lokasi penelitian serta lokasi petak tebang. Pada PT Bina Multi Alam Lestari diperoleh nilai Faktor eksploitasi dengan volume rata-rata sebanyak 10,24 m log bercabang bebas dan rata-rata 11,77 m log bebas cabang yang mungkin dapat dimanfaatkan hingga log yard (logpond) tidak dikurangkan dan disusutkan. Nilai yang diperoleh sebanyak 0,87 dimana sudah memasuki standar faktor eksploitasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan hasil dan jumlah nilai faktor eksploitasi rata-rata dari lereng datar (0-8%) dengan nilai faktor eksploitasi 0,89 m, pada lereng curam (8-15%) nilai rata-ratanya adalah 0,89 m, dan pada lereng agak curam. lereng (15-25%) nilai rata-ratanya adalah 0,85 m dan pada lereng yang curam (25-45%) nilai rata-rata faktor eksploitasinya adalah 0,85 m. Sedangkan nilai rata-rata faktor eksploitasi berdasarkan jenis vegetasi diperoleh dengan nilai faktor eksploitasi sebesar 0,87 m³.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Brown, N.C. 1958. Logging. New York: John Willey & Sons Inc.
Conway, S. 1976. Logging Practices. Washington: Miller Freeman Publication, Inc.
Elias. 2002. Buku 2 : Reduced Impact Logging. Bogor: IPB Press
Kementerian Kehutanan. 2011. Statistik Kehutanan Indonesia 2010. Jakarta: Kementerian Kehutanan.
Moeljono, S.B. 1984. Pengantar Pembalakan, Cetakan keempat. Semarang: Penerbit Yayasan Kanisius.
Mujetahid, A. 2009. Analisis Biaya Penebangan Pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone. Jurnal Parennial, 6(2): 108-115.
Murphy S.G., Gordon A.D. & Marshall .D. 2007. Adaptive control of bucking in a Douglas fir stand: Adjustment Frequency Effects. New Zealand Journal of Forestry Science, 3⁄(3), 372–382.
Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan.
Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.50/ Permenhut-II/2010 tanggal 31 Desember 2010 tentang Tata Cara Pemberian Dan Perluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam Hutan Alam, IUPHHK Restorasi Ekosistem, atau IUPHHK Hutan Tanaman Industry pada Hutan Produksi.
Purba, C. P. ., Nanggara, S. ., Ratriyono, M., Apriani, I.Rosalina, L., Sari, N., & Meridian, A . 2014. Potret Keadaan Hutan Indonesia 2009 -2013. Bogor: Forest Watch Indonesia
Saridan, A. & Soegiharto, S. 2012. Struktur Tegakan Tinggal pada Uji Coba Pemanenan di Hutan Penelitian Labanan, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 9(3):239-249.
Sastrodimedjo, R.S & Simarmata. S.R. 1978. LimbaH Eksploitasi pada Beberapa Perusahaan Pengusabaan Hutan di Indonesia. Laporan LPHH No. 120, 11 p, Bogor.
Suparto, R.S., 1982. Diktat Eksploitasi Hutan Modern. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Sianturi, A, Soerianegara, I., Suparto, R.S. & Manan, S. 1984. Faktor Eksploitasi di Hutan Alam Dipterokarpa Pulau Laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 1 (1). 1-10
DOI: https://doi.org/10.20527/jss.v6i1.8195
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Jurnal Sylva Scienteae is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.