Pengembangan Urban Permaculture di Kelompok Wanita Tani (KWT) Permata Bersemi Banjarbaru

Rizki Fitria, Sunardi Sunardi, Abdullah Abdullah, Wiwin Tyas Istikowati

Abstract


Kelompok Wanita Tani (KWT) Permata Bersemi di Kelurahan Sungai Ulin mengelola lahan kosong di area komplek untuk ditanami sayuran. KWT ini menanam sayuran untuk memenuhi kebutuhan sayur harian. KWT beranggotakan 19 orang warga dengan beragam latar belakang dan tinggal di Komplek Bukit Permata Indah (BPI) Kelurahan Sungai Ulin, Banjarbaru. KWT telah terbentuk setelah pandemi COVID-19 mereda. Mitra menanami lahan di komplek BPI dengan menggunakan media tanah dan pengolahan tanah seadanya. Pengetahuan dalam memelihara tanaman juga masih terbatas. Penanaman sayuran juga belum dikonsep dengan baik sehingga terlihat berantakan. Dari hasil olahan lahan, mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri akan sayuran. Hal ini berdampak pada pengeluaran harian yang seharusnya digunakan untuk membeli sayur dapat dialihkan ke kebutuhan lain. Akan tetapi, usaha yang dijalankan oleh KWT masih belum ditekuni dengan serius karena mereka hanya ingin mengisi waktu luang. Anggota KWT juga hanya memilih jenis sayuran yang cepat panen seperti bayam, kangkung, sawi, dll.

Berdasarkan pengamatan tersebut, usaha mereka memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Namun, mitra belum mengerti tentang persiapan lahan, penataan tanaman, dan sistem pemeliharaan. Sehingga, pada program pengabdian masyarakat ini dilakukan pelatihan sistem pertanian terintegrasi model urban permaculture pada lahan garap dan pelatihan dalam pemeliharaan tanaman (pelatihan pembuatan ecoenzim dan pupuk organik cair). Hasil dari pelatihan ini adalah mitra KWT menjadi mengetahui mengenai pengolahan lahan dan cara pemeliharaan tanaman yang lebih baik diantaranya dengan menggunakan ecoenzim dan pupuk organik cair, lahan mitra menjadi lebih tertata dan mitra juga mengetahui cara pembuatan ecoenzim dan pupuk organik cair tersebut.


Full Text:

PDF

References


Fiebrig I, Zikeli S, Bach S, Gruber S. 2020. Perspectives on permakulture for comercial farming: aspiration and realities. Organic Agriculture, 10: 379-394.

Holmgren D. 2012. Permaculture Principle and Pathways Beyond Sustainability. Holmgren Design Services.

Krebs J & Bach S. 2019. Permaculture- Scientific evidence of principles for the agroecological design of farming system. Suatainability,2 (1): 10: 1-24.

Lockyer J. 2017. Permaculture and climate change adaptation: inspiring ecological, social, economic, and cultural responses for resilience and transformation. Local Environment, DOI: 10.1080/13549839.2017.1289161.

Morel K, Leger F, Fergusin RS. 2019. Permaculture. Encyclopedia of Ecology, 2nd edition, 4, Elsevier, pp.559-567.

Permatasari BR, Ridjal AM, Soekirno A. 2014. Penerapan konsep permakultur dengan pendekatan sosio-ekologi dalam membangun desa wisata. Jurnal RUAS, 12(1): 1693-3702.

Rhodes CJ. 2015. Permakulture: regenerative-not merely sustainable. Science Progress, 98(4): 403-412.

Sugiyono AK dan Hayati M. 2017. Penerapan teknologi permakultur pada lahankering marginal di pulai Mandangin-Sampang. Jurnal Pangabdhi, 3(1): 12-19.

Teghtmeyer S. 2017. Review of The Bio-Integrated Farm: A Revolutionary Permaculture- Based System Using Greenhouses, Ponds, Compost Piles, Aquaponics, Chickens, and More, Journal of Agricultural & Food Information, 18:2, 183-184.




DOI: https://doi.org/10.20527/ilung.v3i2.10291

Refbacks

  • There are currently no refbacks.