ANALISIS TINGGI MUKA AIR TANAH DAN PEMETAANNYA DI LAHAN GAMBUT KAWASAN HUTAN LINDUNG LIANG ANGGANG KALIMANTAN SELATAN

Norhalimah Norhalimah, Muhammad Ruslan, Suyanto Suyanto

Abstract


This study aims to analyze groundwater levels and map groundwater levels from the ground surface on peatlands in the Liang Anggang Protection Forest, South Kalimantan. This research uses the Field Observation method. The results of ground water level depth data from 37 sample points measuring water level, observations made during the dry season represented by observational data in September showed different water levels. Shallow water level is -10 cm while deep is -150 cm from ground level. Results during observations in September - early October 2019, the frequency criteria for ground water level were very shallow 0.62%, somewhat shallow 3.22%, shallow 14.55%, moderate 26.81%, deep 14.66% and very deep 40.02%. The value obtained from the good performance in assessing the dryness of the groundwater of the protected forest around the location of the study occurred a forest fire that is included in the level of danger that is fire on dry peatlands and far from water sources. Decreasing ground water level will further reduce the water supply in the topsoil so that the groundwater content in the topsoil will gradually decrease towards the permanent withering point. These conditions cause drought and fires during the dry season. The problem is, the canals to drain water on peatlands are not made to adjust the characteristics and contours of the peat, it causes the peat canals to become dry due to sedation and sedimentation

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tinggi muka air tanah dan  memetakan tinggi muka air tanah dari permukaan tanah pada lahan gambut di Kawasan Hutan Lindung Liang Anggang, Kalimantan Selatan. Penelitian ini menggunakan metode Observasi Lapangan. Hasil data kedalaman tinggi muka air tanah dari 37 titik sampel pengukuran tinggi muka air, pengamatan dilakukan saat musim kemarau yang diwakili oleh data pengamatan bulan September menunjukan tinggi muka air yang berbeda-beda. Tinggi muka air dangkal adalah -10 cm sedangkan yang dalam adalah -150 cm dari permukaan tanah. Hasil selama pengamatan bulan September – awal Oktober 2019, frekuensi kriteria tinggi muka air tanah sangat dangkal 0,62%, agak dangkal 3,22%, dangkal 14,55%, sedang 26,81%, dalam 14,66% dan sangat dalam 40,02%. Nilai yang didapatkan dari kinerja yang baik dalam menilai kekeringan air tanah hutan lindung disekitar lokasi penelitian terjadi kebakaran hutan yang termasuk pada level bahaya yaitu kebakaran pada lahan gambut yang kering dan jauh dari sumber air. Penurunan muka air tanah akan semakin mengurangi penyedian air pada lapisan atas tanah sehingga kandungan air tanah pada lapisan atas akan berkurang secara bertahap menuju titik layu permanen. Kondisi tersebut menyebabkan kekeringan dan kebakaran saat musim kemarau. Permasalahannya, kanal-kanal untuk mengaliri air di lahan gambut tidak dibuat menyesuaikan karakteristik dan kontur gambut, itu menyebabkan kanal gambut menjadi kering karena sedementasi dan pengendapan


Keywords


Tinggi muka air (TMA); Kebakaran gambut

Full Text:

PDF

References


Agus, F. Dan I G.M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAFT) Bogor, Indonesia.

Dulling K, Chu PS, Fujioka F. 2009. Natural variability of the Keetch-Byram Drought Index in the Hawaiian Islands. International Journal of Wildland Fire 18 459-475. DOI:10.1071/WF/06146.

Katimon A. 2004.Estimation Of Evapotranspiration In Oil Palm Catchments By Short-Time Period Water-BudgetMethod. Malaysian Journal of Civil Engineering.20(2): 160174.

Kurnain, A. 2006. Impact of development and cultivation on hydro-physical properties of tropical peat soil. Tropics 15(4):383-389

Masganti, Wahyunto. Ai Dariah, Nurhayati, dan Yusuf, R., 2014. Karakteristik dan Potensi Pemanfaatan Lahan Gambut Terdegrasi di Provinsi Riau. J. Sumberdaya Lahan., 8.47-54.

Putra, E.I., & H. Hayasaka. (2011). The Effect of Precipitation Pattern of Dry Season on Peat Fire Occurrence in Mega Rice Project Area, Central Kalimantan, Indonesia. Tropics 19(4): 145-156.

Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta: Rineka Cipta

Saharjo BH dan Syaufina.2015. Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut.Center for International Forestry Research. Bogor. Indonesia.

Saptiningsih, E. 2007. Peningkatan Produktivitas Tanah Pasir untuk Pertumbuhan Tanaman Kedelai dengan Inokulasi Mikorizha dan Rizhobium. Bioma 9:58.

Soewondita. 2008. Studi Kesuburan Tanah dan Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Tanaman Perkebunan di Kabupaten Bengkalis. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 10 (2): 128-133.

Syaufina L, BH Saharjo dan Tiryan. 2004. The estimation of greenhouse goses emission of peat fire. Working paper No. 4.Environmental Research Center.Bogor Agriculture University. Bogor. Indonesia




DOI: https://doi.org/10.20527/jss.v4i4.3953

Refbacks

  • There are currently no refbacks.



Creative Commons License

Jurnal Sylva Scienteae is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.