KLAS BONITA DAN KLAS HUTAN TANAMAN JATI (Tectona grandis) DI KECAMATAN TAMBANG ULANG KABUPATEN TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Abstract
Teak plants are managed on privately owned land since 2004 until now. The type of teak is based on the regeneration of seeds originating from Forestry Service Tanah Laut District. Maintenance of Teak plants is not given enough attention, this will inhibit the growth of Teak plants. The method used for data collection was using forest treatises with a plot measuring circle with a radius of 7.04. delineation results on satellite imagery (2021) on the screen show that there are 3 (three) different growth classes. Based on visual observation of hue levels/gradations and then field inspection, results indicated the growth classes f teak stands, namely poor, medium and good classes. Teak plants are identical to the Bonita class and the forest class where the Bonita value is searched based on the Bonita graph with input: height and age. While the forest class searched based on the combination table with inputs: KBD, DKn, and age. The poor growth class belongs to the Bonita class I which has a height of 8 meters, KBD 0.118, DKn 0.4 and belongs to the MR forest class (poor increment). Medium growth belongs to the Bonita III class which has a height of 18.1 meters, KBD 1.007, DKn 1.15 and belongs to the KU forest class (age class). As well as good growth, it belongs to the Bonita IV class which has a height of 22.5 meters, KBD 2,340, DKn 2.3 and belongs to the forest age class (KU), the greater the number of Bonita, the more fertile the soil.
Tanaman jati dikelola pada lahan milik pribadi dari tahun tanam yaitu tahun 2004 sampai sekarang. Jenis tanaman jati berdasarkan regenerasi dari bibit yang berasal dari pembagian Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah Laut. Pemeliharaan pada tanaman jati ini kurang diperhatikan, hal ini akan menghambat pertumbuhan tanaman jati tersebut. Metode yang dilakukan dalam pengambilan data menggunakan risalah hutan dengan plot ukur lingkaran jari-jari 7,94. Hasil delineasi pada citra satelit (2021) secara on screen menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) klas pertumbuhan yang berbeda. Berdasarkan pengamatan secara visual terhadap tingkatan/gradasi rona dan kemudian dilakukan pemeriksaan di lapangan, maka hasilnya mengindikasikan klas pertumbuhan tegakan jati, yaitu klas jelek, sedang dan baik. Tanaman jati identik dengan klas bonita dan klas hutan dimana nilai bonita dicari berdasarkan grafik bonita dengan input: peninggi dan umur. Sedangkan klas hutan dicari berdasarkan tabel kombinasi dengan input: KBD, DKn dan umur. Pada pertumbuhan klas jelek termasuk kedalam klas bonita I yang memiliki peninggi 8 meter, KBD 0.118, DKn 0.4 dan termasuk klas hutan MR (miskin riap). Pada pertumbuhan sedang termasuk kedalam klas bonita III yang memiliki peninggi 18,1 meter, KBD 1,007, DKn 1,15 dan termasuk klas hutan KU (klas umur). Serta pada pertumbuhan baik termasuk kedalam klas bonita IV yang memiliki peninggi 22,5 meter, KBD 2.340, DKn 2.3 dan termasuk klas hutan KU (klas umur), semakin besar angka bonita maka tanah semakin subur.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Alviya, I., Sakuntaladewi N., & Hakim, I. 2007. Pengembangan Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Pandeglang. Jurnal Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. 7(1): 45-58.
Majarani, D. 2006. Analisis prospek kelas perusahaan pinus, Pinus merkusii Jungh. et de Vriese di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat dan Banten.
Murtinah, V., Marjenah, A.R., & Ruhiyat, D. 2015. Pertumbuhan hutan tanaman jati (Tectona grandis Linn. F.) di Kalimantan Timur. Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan, 14(2): 287-292.
Perhutani 1974. Peraturan Inventarisasi Hutan Jati dan Peraturan Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan. Jakarta: Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Kehutanan.
Parthama, P.I.B., Bustomi, S., Wahjono, D., Harbagung & Krisnawati, H. 1999. Petunjuk Teknis Penentuan Bonita Hutan Tanaman Industri. Bogor: Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam,
Riyanto, H. D. 2021. Padanan Bonita Dengan Kelas Kesesuaian Lahan Hutan Tanaman Jati. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, 19(1): 49-55.
Riyanto, H.D. & Pahlana, U.W.. 2012. Kajian Evaluasi Lahan Hutan Jati Sistem Bonita di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu. Jurnal penelitian Hutan Tanaman 9(1): 43-50.
Rosiana, L., Nugroho, Y., & Prihatiningtyas, E. 2020. Evaluasi Pertumbuhan Jati (Tectona grandis Lf) Rakyat Umur 15 Tahun di Tropika Basah. Jurnal Sylva Scienteae, 2(4): 718-724.
Ruchaemi, A. 2013. Ilmu Pertumbuhan Hutan. Samarinda: Mulawarman University Press..
Simon, H. 2007. Metode Inventori Hutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Simon, H. 1996. Metode Inventore Hutan. Yogyakarta: Penerbit Aditya Media,
Sumarna, Y. 2001. Budidaya jati. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suranto, Y., Prayitno, T.A., Marsono, D., & Sutapa, J.P.G. 2015. Pengaruh Umur Pohon, Bonita Dan Posisi Aksial Batang Terhadap Struktur Makroskopis Dan Kualitas Kayu Jati Sebagai Bahan Furnitur (Effect of Tree Age, Site Quality Index and Trunk Axial Position on Macroscopic Structure and Quality of Teak Wood). Journal of People and Environment, 22(1): 84- 93.
Suyanto & Asy’ari, M. 2020. Buku Ajar Inventarisasi Hutan Pada Hutan Tanaman Jati (Perisalahan Hutan). Banjarbaru: Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat.
DOI: https://doi.org/10.20527/jss.v6i3.9228
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Jurnal Sylva Scienteae is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.